Selasa, 31 Januari 2017

Enklave dan Eksklave

Salah satu syarat berdirinya sebuah negara adalah wilayahnya. Wilayah negara itu dibatasi oleh perbatasan dengan negara-negara disekitarnya. Suatu negara pada umumnya memiliki wilayah yang saling terintegrasi satu sama lain di dalam wilayah hukum negara tersebut.

Namun, ada pegecualian untuk beberapa negara tertentu. Mereka memiliki wilayah-wilayah yang terpisah dari bagian utamanya. Penasaran? kami akan coba jelaskan lebih lanjut.


Ilustrasi enklave dan eksklave
(sumber: id.wikipedia.org)

Apa itu Eksklave dan Enklave?

Pada gambar di atas, meskipun dikelilingi oleh negara A, C adalah bagian dari negara B. Dalam hal ini, wilayah B yang luas itu dapat dikatakan sebagai bagian utama (mainland) dari negara B, dengan C sebagai eksklave negara B dan enklave negara A. Siapakah mereka berdua ini?

Oke, untuk lebih jelasnya mari perhatikan ilustrasi diatas. 
  1. Eksklave adalah wilayah suatu negara yang terpisah dari bagian utamanya, yang dikelilingi seutuhnya oleh daratan negara lain. Dalam hal ini, C sebagai eksklave negara B berarti C berada di luar bagian utama (mainland) negara B.
  2. Enklave adalah wilayah suatu negara yang terpisah dari bagian utamanya, yang dikelilingi seutuhnya (dikurung) oleh daratan sebuah negara lain. Dalam hal ini, C sebagai enklave A berarti C sebagai bagian dari negara B 'terkurung' oleh hanya satu negara saja, yakni A.

Di mana saja mereka berada?

Dari kedua pengertian tersebut, kita dapat menyimpulkan bahwa semua enklave adalah juga eksklave, namun tidak semua eksklave adalah enklave. Bingung? berikut akan kami berikan contoh-contohnya.

1.  Campione d'Italia, Italia


Campione d'Italia, dikurung oleh Swiss (S)

Campione d'Italia adalah sebuah kota di Italia. Namun, ia juga merupakan enklave Italia yang dikelilingi oleh negara Swiss.

2.  Asia Tengah (Kirgizstan, Uzbekistan, dan Tajikistan)

Enklave-enklave di sekitar perbatasan Kirgizstan, Uzbekistan, dan Tajikistan 

Jika melihat peta diatas, negara Kirgizstan (K) ada di sisi selatan; Tajikistan (T) ada di sisi barat; Uzbekistan (U) ada di sisi timur dan barat laut. Banyak sekali enklave yang ada diantara ketiga negara ini. Salah satunya adalah distrik Sokh yang berada di Uzbekistan, dikelilingi oleh Kirgizstan. Namun, hampir seluruh penduduknya (99%) beretnis Tajik yang berasal dari Tajikistan.


3.  Perbatasan Oman dan Uni Emirat Arab (UEA)


Mulai sedikit rumit, kan?

Nah, di daerah ini, enklavenya sedikit rumit daripada contoh yang sebelumnya. Ada enklave di dalam enklave. Enklave UEA di dalam enklave Oman pada peta diatas bisa disebut 'enklave tingkat dua'.

4.  Nakhchivan, Azerbaijan


Nakhchivan, salah satu eksklave Azerbaijan

Berbeda dengan contoh-contoh sebelumnya, Nakhchivan bukan enklave. Ia hanyalah sebuah eksklave karena dikelilingi banyak negara, yakni Iran, Turki, dan Armenia.

5.  Baarle-Hertog, Belgia dan Baarle-Nassau, Belanda


Sudah banyak, rumit lagi

Nah, ini mungkin paling berbeda dengan contoh-contoh lainnya. Di daerah ini, Anda akan menemukan dua kota di dua negara, Belgia (B) dan Belanda (N) ini seperti kota yang 'terpecah-pecah'. Kami akan mengulas mengenai kedua kota ini tersendiri pada artikel selanjutnya.

6. Perbatasan Belgia-Jerman


Disini, Jerman terpisah hanya gara-gara 'jalur' kecil itu

Anda lihat 'jalur' kecil pada peta diatas? Itu adalah jalan dan rel kereta api milik Belgia. Uniknya, di daerah ini, sebelah kanan dan kiri dari 'jalur' tersebut sebagian adalah wilayah Jerman. Jadi, bisa dibilang Jerman terpisah hanya karena 'jalur' milik Belgia itu.

Demikian ulasan kami, semoga bermanfaat.

Jumat, 27 Januari 2017

Taiwan yang Tersisihkan

Pernahkah Anda mendengar negara Taiwan? Ya, negara dengan ibu kota Taipei ini terletak di kawasan Asia Timur.


Republik Tiongkok (Taiwan), yang terletak di sebelah timur lawan sekaligus saudara besarnya, Republik Rakyat Tiongkok yang komunis.

Negara Taiwan ini memiliki nama resmi "Republik Tiongkok" atau "Republik Cina". Tapi, tahukah Anda bahwa kini hanya sedikit saja negara di dunia yang mengakuinya? Dikutip dari en.wikipedia.org, hanya 20 negara anggota PBB plus Tahta Suci Vatikan saja yang mengakui negara ini. Perlu Anda ketahui pula bahwa Republik Rakyat Tiongkok (RRT, umumnya dikenal dengan 'Cina') dan Taiwan sama-sama mengklaim kepemilikan atas seluruh wilayah Tiongkok (baik Tiongkok daratan maupun daerah Pulau Taiwan). Kebanyakan negara di dunia, termasuk Indonesia kini mengakui RRT dan tidak mengakui Taiwan. Lantas, mengapa hal ini terjadi? Ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu latar belakang kedua negara ini.


Cina atau China (berwarna kuning) yang sekarang kita kenal, adalah Tiongkok daratan. Selanjutnya admin akan menyebutnya dengan "daratan" saja. Nampak Pulau Taiwan yang diduduki Republik Tiongkok di timur.

Latar belakang

Pada era Dinasti Qing (dinasti terakhir Tiongkok), Tiongkok sedang berseteru dengan Jepang. Seperti diketahui, Jepang berusaha menguasai seluruh Asia, termasuk Tiongkok dan juga negara kita, Indonesia. Perseteruan antara Tiongkok dan Jepang ini pun berujung pada peperangan. Setelah perang berakhir, Jepang berhasil merebut beberapa wilayah Tiongkok, termasuk Taiwan dan sekitarnya.

Setelah Dinasti Qing tumbang pada 1912, Republik Tiongkok mulai berdiri. Pada awal era Republik Tiongkok ini, sempat terdapat dualisme kepemimpinan, yang pertama oleh Sun Yat-sen di selatan Tiongkok (Nanjing), dan yang kedua oleh Yuan Shih-kai di utara (Beijing). Yuan memegang kendali atas Tentara Beiyang, badan ketentaraan terbesar di Tiongkok saat itu. Sehingga untuk mencegah konflik Sun menyerahkan kepemimpinan pada Yuan. Sun kemudian mengasingkan diri ke Jepang.


Sun Yat-sen (kiri) dan Yuan Shih-kai (kanan). Sun hingga kini dianggap sebagai bapak bangsa, baik di RRT maupun Taiwan.

Setelah memegang tampuk kepemimpinan, pada 1915, anehnya Yuan memproklamirkan dirinya sebagai Kaisar Tiongkok, dengan maksud mengembalikan sistem pemerintahan Tiongkok yang monarki. Namun, ia wafat setahun kemudian. Tiongkok pun dilanda perpecahan.

Sun Yat-sen, setelah kembali dari pengasingan, mendirikan kembali Republik Tiongkok. Ia kemudian mendirikan sebuah partai beraliran nasionalis yang dikenal dengan Kuomintang (KMT). Sun pun berusaha menyatukan Tiongkok yang terpecah belah saat itu. Kendala yang harus dihadapinya adalah masih adanya kekuatan Tentara Beiyang (yang menginginkan pemerintahan monarki) di utara.

Sun pun meminta bantuan Uni Soviet, dengan syarat ia dan KMT mau beraliansi dengan Partai Komunis Tiongkok (PKT), partai yang masih baru saat itu. Rencana Sun pun berhasil dengan dilancarkannya kampanye militer ke utara. Namun, sebelum penyatuan ini selesai, aliansi antara KMT dan PKT mengendur, terlebih setelah wafatnya Sun pada 1925.

Kuomintang pun terbagi menjadi dua kubu, kubu kiri yang cenderung komunis dan kubu kanan yang mempertahankan ideologi nasionalismenya. Kubu kanan ini dipimpin oleh Chiang Kai-shek dengan pusat pemerintahannya di Nanjing. Chiang ingin membersihkan KMT dari orang-orang komunis. Pada 1927, terjadi eksekusi besar-besaran terhadap orang-orang komunis di Shanghai. PKT pun mulai meradang. Partai ini dibawah pimpinan Mao Zedong berusaha memperkuat diri.

Chaing Kai-shek (kiri) dan Mao Zedong (kanan). Hubungan keduanya sempat nampak bersahabat, sebelum akhirnya saling memusuhi.

Perseteruan kedua partai itu pun dimulai. Terjadilah perang sipil antara golongan nasionalis (KMT) dan komunis (PKT). Singkat cerita, PKT berhasil mendapat simpati rakyat sehingga ia dapat menguasai daratan secara bertahap. Pihak nasionalis pun semakin terdesak. Setelah pusat pemerintahannya di Nanjing dikuasai kaum komunis (PKT), Pemerintahan Republik Tiongkok berkali-kali memindahkan pusat pemerintahannya, masih di daratan. Pada akhirnya, mereka benar-benar terdesak oleh kekuatan komunis, tak punya celah lagi di daratan. Taiwan pun menjadi sasaran akhir basis kekuatan mereka. Sejak saat itulah, kekuasaan secara de facto Republik Tiongkok hanya meliputi Taiwan dan sekitarnya. Namun, mereka masih mengklaim kepemilikan atas seluruh Tiongkok.

Sementara itu, golongan komunis yang berhasil menguasai daratan dibawah pimpinan Mao Zedong memproklamirkan berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada 1949. Sama halnya dengan Republik Tiongkok, RRT pun mengklaim kepemilikan atas seluruh Tiongkok, dengan Taiwan sebagai salah satu provinsinya.

Kelanjutan


Bendera Taiwan

Sejak RRT berdiri pada 1949, muncullah dualisme pemerintahan di Tiongkok. Artinya, dua pemerintahan (RRT dan Republik Tiongkok) sama-sama mengklaim wilayah yang sama, seluruh wilayah Tiongkok. Dunia internasional pun seolah dihadapkan pada dua pilihan, harus mengakui RRT atau Republik Tiongkok sebagai pemerintah tunggal yang sah di Tiongkok. Itu artinya, jika suatu negara mengakui RRT, ia tidak mengakui Taiwan, dan sebaliknya.


Klaim wilayah Republik Tiongkok (Taiwan). Sebenarnya mereka tidak hanya mengklaim seluruh Tiongkok saja, melainkan hingga seluruh Mongolia kini dan beberapa bagian negara tetangga pun turut mereka klaim. Klaim ini didasarkan pada keadaan sebelum RRT berkuasa.

Republik Tiongkok (Taiwan) yang kini secara de facto hanya meliputi Taiwan dan sekitarnya, pada mulanya masih mendapat pengakuan PBB serta sebagian besar negara di dunia yang anti-komunis. Taiwan pun kala itu menduduki kursi The Big Five (Lima Negara Besar) di PBB, dimana empat lainnya adalah Amerika Serikat, Britania Raya, Perancis, dan Uni Soviet.

Namun, perlahan semuanya mulai berubah. RRT yang baru berdiri mulai mendapat banyak pengakuan, termasuk dari Indonesia pada 1950. Puncaknya adalah pada 1971, ketika PBB menerbitkan resolusi yang berisi pengakuan bahwa RRT adalah penguasa tunggal Tiongkok. Dampaknya, pastilah Taiwan yang menanggungnya. Ia didepak dari The Big Five, bahkan dari keanggotaan PBB sekalipun, hingga kini.

Hingga kini, Taiwan terus mengalami nasib yang tidak menguntungkan akibat tekanan RRT dan keberpihakan dunia pada RRT. Salah satu contohnya, apabila turut serta dalam suatu ajang olahraga, mereka harus menggunakan nama "Cina Taipei" (Chinese Taipei), bukannya Taiwan. Selain itu, bendera mereka dibuat khusus, tidak menggunakan bendera sebenarnya, begitupun dengan lagu kebangsaannya yang diganti dengan salah satu lagu nasionalnya.

Terlepas dari itu semua, Taiwan ternyata merupakan negara yang cukup makmur. Terbukti Indeks Pembangunan Manusia dan pendapatan perkapita penduduknya jauh melampaui tetangga sekaligus lawan beratnya, RRT. Taiwan bahkan dapat digolongkan sebagai negara maju. Namun, bagaimanapun dunia nampaknya tetap lebih memperhitungkan RRT, dengan perekonomian yang lebih kuat (tentunya tidak lepas dari faktor jumlah penduduk).


Taipei, ibu kota Taiwan. Tampak Menara Taipei 101 yang terkenal sebagai salah satu bangunan tertinggi  di dunia.

Status Taiwan di Masa Depan

Taiwan saat ini mengalami status quo, yang artinya kurang lebih belum memperoleh kepastian, karena beberapa kepastian yang ada sama-sama mendatangkan keburukan. Mungkin hal ini biasa kita kenal dengan peribahasa "seperti makan buah simalakama". Kepastian yang dimaksud disini ada dua kemungkinan, yakni Taiwan mendeklarasikan kemerdekaannya sendiri sebagai negara berdaulat (kemungkinan besar wilayahnya hanya Pulau Taiwan dan sekitarnya saja) atau Taiwan menjadi bagian dari Republik Rakyat Tiongkok yang sudah "terlanjur menjadi pihak paling besar dan berkuasa". 

Kemungkinan pertama sangat berisiko untuk dilakukan. Tentu saja, karena RRT juga mengklaim secara resmi kepemilikan atas Taiwan. Lantas, apa yang akan terjadi? Tentu kita sudah tahu bagaimana kuatnya militer RRT di kancah dunia. Mereka pasti akan melakukan segala cara untuk mempertahankan Taiwan sebagai bagian dari mereka. Hasilnya kemungkinan besar adalah adanya pertempuran berdarah di Taiwan.

Sementara itu, kemungkinan kedua, mungkin akan menjadi derita rakyat Taiwan pula. Pasalnya, RRT adalah sebuah negara komunis. Meskipun pihak RRT mengatakan bahwa mereka akan memberikan status otonomi yang tinggi bagi Taiwan setelah menjadi bagian RRT, setidaknya pasti akan ada sedikit pengaruh komunis yang masuk. Hal itu dapat berupa berkuasanya Partai Komunis, masuknya paham-paham terkait komunisme, dan sebagainya. Sebab, ideologi dan rezim komunis yang digadang-gadang - menurut propaganda mereka - memakmurkan rakyat itu justru membuat rakyat makin menurun kualitas hidupnya.

Kalau sudah begini, Taiwan akan mengalami hal yang sama seperti halnya Hong Kong setelah menjadi bagian dari RRT. Sebelumnya ia merupakan koloni Britania Raya (Inggris Raya). Rakyat Hong Kong merasakan berbagai hal menjadi berbeda setelah mereka kembali ke pangkuan tanah air mereka yang komunis itu. Atas dasar tersebut, rakyat Hong Kong saat ini rupanya banyak yang ingin kembali ke kekuasaan Britania. Dalam sebuah survei, 90% dari sekitar 6.000 orang yang turut dalam survei tersebut menghendaki Hong Kong kembali ke pangkuan Britania.

Sebuah poster (kanan) di plang jalan di Hong Kong bertuliskan dua kalimat Bahasa Inggris yang artinya, "Sang Ratu telah menjadikan kita (Hong Kong) mutiara dari timur. (Namun) Partai telah menghancurkannya." Sang Ratu yang dimaksud adalah Ratu Inggris (Britania Raya), yang mengacu pada Pemerintah Kolonial Britania. Sedangkan "partai" yang dimaksud adalah Partai Komunis Tiongkok (PKT).

Terkait dengan kemungkinan kedua, ada sebuah rencana yang nampaknya sudah diusahakan oleh kedua negara. Rencana ini disebut Kebijakan Satu Tiongkok. Kebijakan Satu Tiongkok (One China Policy dalam Bahasa Inggris) adalah wacana untuk membuat negara berpemerintahan tunggal yang berdaulat atas seluruh wilayah Tiongkok, termasuk daratan dan juga Taiwan. Langkah ini dipandang perlu untuk mencegah konflik antar kedua pemerintahan (RRT dan Taiwan), serta memberikan kepastian status yang jelas atas seluruh wilayah Tiongkok, tidak terombang-ambing seperti yang dialami Taiwan saat ini.

Memang, kedua pihak (RRT dan Taiwan) sudah mengupayakan terwujudnya Kebijakan Satu Tiongkok ini. Kedua pemimpin dari dua negara itu sudah beberapa kali bertemu untuk membicarakan masalah ini. Namun, hingga kini keduanya belum bersepakat mengenai siapa yang akan memerintah seluruh Tiongkok kelak. Apakah salah satu negara tersebut akan menjadi pemerintah berdaulat, atau justru melahirkan pemerintahan baru yang mungkin akan disepakati kedua pihak, kita belum tahu. Wallahu A'lam.

Demikianlah ulasan kami mengenai Taiwan yang tersisihkan. Meskipun mengalami nasib yang demikian, mereka mampu bangkit dan membuat rakyatnya sejahtera dan bahagia. Semoga bermanfaat.


Referensi

  • https://www.youtube.com/watch?v=KQTtwh2GRME
  • https://www.youtube.com/watch?v=m6i2M_7Qj84
  • en.wikipedia.org
  • id.wikipedia.org
Gambar

  • http://geology.com
  • http://i.infopls.com
  • http://i1220.photobucket.com
  • http://xenohistorian.faithweb.com
  • https://chinadailymail.files.wordpress.com
  • https://www.chinasmack.com
  • http://assets.inhabitat.com


Rabu, 25 Januari 2017

Mengenal Antipode

Pada artikel perdana ini, kami akan mengulas mengenai Antipode. Pernah mendengar istilah ini?

Ilustrasi yang menunjukkan daerah di Bumi yang saling ber-antipode
(sumber: en.wikipedia.org)


Dalam istilah geografi, Antipode yang berasal dari Bahasa Yunani "anti" (berseberangan) dan "pous" (kaki) adalah daerah di permukaan bumi yang tepat berseberangan dengan daerah lainnya. Artinya, seandainya dari tempat kita berada kita bisa menggali Bumi ini dengan lurus tanpa berbelok sedikitpun; menembus berbagai lapisan tanah, melewati inti bumi, hingga keluar ke bagian permukaan Bumi yang lain; maka kita akan menjumpai suatu daerah yang tidak lain adalah antipode dari tempat kita berada sebelumnya.

Namun, tidak semua daratan ber-antipode dengan daratan lainnya. Faktanya, hanya sekitar 15% daratan di Bumi yang ber-antipode dengan daratan lainnya. Jadi, berhati-hatilah saat menggali (kalau memang bisa dilakukan), bisa jadi Anda keluar melalui laut dalam dan kesulitan menyelamatkan diri, hehe.

Namun, jika Anda menggali dari Indonesia, maka kemungkinan besar Anda akan keluar dari daratan kembali. Sebagian besar Sumatera, Maluku, dan Nusa Tenggara; seluruh Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi ber-antipode dengan daratan. Negara kita, Indonesia, ber-antipode dengan sebanyak 8 negara yang semuanya terletak di Amerika Selatan, yakni Ekuador, Peru, Kolombia, Venezuela, Brasil, Guyana, Suriname, dan Guyana Perancis (tanah jajahan Perancis). 

Kota-kota di Indonesia pun ada yang ber-antipode dengan kota-kota lain di dunia (tentunya yang terletak di salah satu dari 8 negara diatas), antara lain:
  1. Pekanbaru, Riau dengan Machachi di Ekuador;
  2. Palembang, Sumatera Selatan dengan Neiva di Kolombia;
  3. Padang, Sumatera Barat dengan Esmeraldas di Ekuador;
  4. Jakarta dengan Bogota di Kolombia (meleset sekitar 200 km, keduanya merupakan ibu kota negara masing-masing);
  5. Medan, Sumatera Utara dengan Guayaquil di Ekuador (meleset sekitar 220 km).
Jika Anda penasaran dengan antipode daerah Anda, silahkan buka situs https://www.antipodesmap.com/. Caranya cukup mengetikkan nama kota atau daerah Anda, kemudian klik 'Find'.

Demikian ulasan kami, semoga bermanfaat!


Sang Adikuasa Seumur Jagung (2)

Admin akan melanjutkan artikel sebelumnya mengenai Uni Soviet. Oh iya, mungkin Anda bertanya-tanya mengapa admin menjulukinya "Sang Ad...